Select Menu

Kontroversi

Islam

Keluarga

Info

Pengetahuan

Motivasi

LIMA MENIT SAJA

Birrul Walidain (3)

Uququl Walidain

 Durhaka kepada ibu-bapak termasuk dosa besar
“Salah satu dosa kabir yang terbesar disisi Allah pada hari Kiamat ialah : menyekutukan Allah, membunuh seorang Mukmin secara tidak menurut syari’at, melarikan diri dari medan jihad fi sabilillah pada waktu penyerbuan, mendur-hakai keduaorangtua, menuduh wanita suci melakukan perbuatan keji, belajar ilmu sihir, makan uang riba dan makan harta anak-anak yatim.” (HR. Ibnu Hibban)
·         Bentuk-bentuk uququl Walidain
§  :tidak patuh
§  mengabaikan
§  menyakiti
§  mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan
§  meremehkan
§  memandang dengan pandangan hina
§  membuat sedih
“Tangis kedua orangtua karena anaknya termasuk kedurhakaan.” (HR. Al-Bukhari)
§  membelalakkan mata kepada keduanya
“Seorang anak yang membelalakkan matanya kepada kedua orangtua termasuk anak yang tidak berbakti.” (HR. Al Baihaqi dan Ibnu Mardawih)
§  menghindari dari keduanya
“Ada segolongan hamba yang tidak diajak bicara oleh Allah di hari Kiamat, tidak dilihat, tidak dibersihkan dan tidak pula disucikan”. Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, ya Rasulullah?” Dijawab oleh Nabi, “Yaitu orang yang menjauh-kan diri dari ibu-bapaknya dan orang yang mendapat limpahan kebajikan dari suatu kaum lalu ia memungkiri kebajikan mereka malah ia menjauhkan diri dari mereka.” (HR. Ahmad)
§  tidak senang kepada ibu-bapak
“Tiga jenis manusia yang dikutuk Allah Swt adalah, laku-laku yang tidak senang kepada kedua ibu-bapaknya, laki-laki yang berusaha memecah belah kehidupan suami istri kemudian wanita itu ia kawini dan laki-laki yang suka membumbui kata-kata antara kaum Mukminin agar mereka saling benci membenci.” (HR. Ad Dailami)
§  memukul
“Tujuh golongan orang yang tidak akan dilihat oleh Allah Swt di hari kiamat, tidak dibersihkan dan tidak dicampur dengan penghuni alam lainnya, mereka dimasukkan ke dalam api yang pertama, kecuali mereka bertaubat, maka Allah berke-nan mengampuni mereka, orang yang kawin dengan tangan-nya (onani) yang berbuat dan yang diperbuat, pecandu minuman keras, orang yang memukul ibu-bapaknya hingga keduanya minta tolong dan orang yang berzina dengan istri tetangganya” (HR. Al-Baihaqi)
§  mendurhakai sahabat ibu-bapaknya
“Peliharalah kekasih ayahmu, jangan kau putuskan, jangan sampai Allah memadamkan cahayamu.” (HR. Al-Bukhari)
·         Amal perbuatan anak durhaka tidak akan diterima
“Tiga kelompok orang yang tidak diterima amal perbuatan-nya, ialah: orang yang menyekutukan Allah, anak yang mendurhakai kedua orangtua dan mujahid yang melarikan diri dari medan perang.” (HR. At-Thabarani)
·         Haram durhaka kepada kedua orangtua meskipun zalim kepadanya
“Seorang Muslim yang mempunyai kedua orangtua yang Muslim, kemudian ia senantiasa berlaku ihsan terhadap keduanya, maka Allah berkenan membukakan dua pintu sorga untuknya. Kalau ia memiliki seorang saja, maka ia akan mendapatkan satu pintu saja, kalau ia menggusarkan kedua orangtuanya, maka Allah tidak akan ridho padanya. Ada seseorang yang bertanya, “Meskipun keduanya menzaliminya?”. Nabi menjawab, “Ya, meskipun keduanya menzaliminya.” (HR. Al-Bukhari)
Maraji’
Ahmad Isa Asyur, Birrul Waidail (Berbakti kepada Ibu Bapak),
Sa’id Hawwa, Al Islam: Sistem Akhlak

Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf Annawawy, Tarjamah Riadhus Shalihin

Amal Utama

Drs. Ikhwan Matondang, SH, MA

Dalam ajaran Islam, beramal sholih merupakan salah satu misi hidup terpenting. Setiap muslim dituntut untuk mengisi hari-harinya dengan memperbanyak amal sholih, di samping tentunya dilandasi dengan iman yang kuat. Dengan demikian hidup akan bermakna, terhindar dari kerugian dan kesia-siaan.

Istilah amal sholih sesungguhnya mengandung makna yang sangat luas. Setiap ibadah yang diperintahkan atau dianjurkan serta perbuatan baik yang tidak bertentangan dengan aturan atau nilai-nilai agama termasuk kategori amal sholih. Meskipun spektrum amal sholih sedemikian luas sehingga memungkinkan untuk memilih dan berkreasi, namun ada amal-amal yang mendapatkan prioritas untuk dilaksanakan. Dalam beberapa hadits terdapat istilah afdlalul a’maal (amal paling utama), ahabbul a’maal (amal paling dicintai) dan lain-lain yang mengindikasikan adanya skala prioroitas dalam beramal. Pelaksanaan amal sholih perlu diselaraskan dengan skala prioritas tersebut agar amal menjadi lebih efektif dan efisien.

Menurut keterangan beberapa hadits, ada beberapa karakteristik yang menjadikan amal bisa dikategorikan sebagai amal utama.
Pertama, amal yang lebih banyak dan lebih luas manfaatnya. Salah satu ukuran tingkat keutamaan amal di sisi Alloh adalah besar dan luasnya manfaat yang dihasilkan dari amal tersebut. Berdasarkan pertimbangan ini, maka jihad fii sabilillah lebih utama dari pada ibadah haji, sebab cakupan manfaat jihad lebih luas dari pada haji. Menuntut dan menyebarkan ilmu lebih utama dari pada sholat sunnah dan dzikir sebab manfaat ilmu jauh lebih luas dan banyak.

Rasulullah SAW bersabda: Orang yang paling dicintai Alloh adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Amal yang paling dicintai Alloh adalah menggembirakan orang muslim, menghapus kegelisahannya, membayar hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sesungguhnya berjalan bersama muslim lain untuk suatu kebutuhan (dakwah) lebih aku sukai dari pada beri’tikaf di masjid madinah selama satu bulan ( HR Thabrani).

Rasulullah SAW lebih menyukai amal-amal yang bersifat sosial dari pada amal-amal yang bersifat ritual belaka karena amal-amal sosial lebih luas cakupan manfaatnya. Manfaat i’tikaf sambil dzikir di masjid lebih bersifat pribadi, sedangkan dakwah dapat mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Jika harus nmemilih, Rasulullah lebih menyukai berdakwah dari pada beri’tikaf.

Kedua, amal yang sesuai dengan potensi yang  dimiliki. Alloh SWT memberikan nikmat dan potensi yang berbeda-beda kepada manusia agar saling mengisi dan memberi. Setiap potensi yang dianugerahkan disertai amanah agar memanfaatkannya sesuai petunjuk agama. Oleh karena itu, amal utama seseorang adalah amal berdasarkan potensi utama yang dimilikinya karena telah menjadi kewajibannya memanfaatkan potensi tersebut.

Amal utama orang kaya adalah memberikan zakat, infaq dan sedekah karena orang kaya diciptakan Alloh untuk membantu orang miskin. Amal utama ilmuwan adalah membimbing dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain karena Alloh SWT menciptakan orang berilmu untuk menunjuki orang yang kurang berilmu. Amal utama pemimpin adalah berlaku adil dan bagaimana mensejahterakan rakyatnya sebab untuk itulah ia diberikan amanah kepemimpinan.

Ketiga, amal sholih yang dilakukan secara berkesinambungan. Amal yang dikerjakan secara terus menerus menghasilkan manfaat yang lebih besar dan berbekas lebih kuat. Di antara manfaat amal sholih adalah memperkuat iman dan memperbaiki akhlak. Penguatan iman dan perbaikan akhlak baru berhasil jika dilakukan terus menerus. Oleh  sebab itu amal sholih sebagai sarananya mesti dikerjakan terus menerus. Nabi bersabda “amal yang paling dicintai Alloh adalah amal yang berkesinambungan, meskipun dilakukan sedikit demi sedikit” (Muttafaq alaih).

sumber : alhikmah.com


Asing di Tengah Ramai


Di tengah-tengah para sahabat, Rasulullah SAW mewartakan kondisi umat Islam pada akhir zaman. Rasulullah bersabda, ''Pada akhir zaman nanti, umatku bagaikan memegang api membara di tangannya. Mereka asing di antara para manusia.''

Salah seorang sahabat bertanya, ''Berarti umat Islam menjadi umat minoritas nantinya, ya Nabi Allah?''Rasulullah kemudian menjawab, ''Bukan, bukan!''''Lalu, bagaimana?'' tanya sahabat. 

''Pada saatnya nanti hanya segelintir orang dari umatku yang tetap berpegang teguh pada Islam secara konsisten. Mereka ini bagaikan orang asing seperti Islam generasi awal,'' Rasulullah menjelaskan.

Dulu, sewaktu Rasulullah mendakwahkan Islam kepada kaum kafir Quraisy, tanggapan sinis, skeptis disertai caci-maki, hinaan, bahkan siksaan mendera diri Nabi Muhammad SAW. Beliau dan para pengikutnya dengan lantang menyuarakan kebenaran Islam yang agung. Beliau berani menentang arus besar pemikiran, sikap, dan tindakan mayoritas umat dengan penuh keyakinan dan semangat juang kuat. 

Dus, tradisi baru yang dikembangkan Rasulullah dan para sahabat dianggap keluar dari pakem, nyeleneh, menyimpang, melawan otoritaritas suci, dan, tentunya, asing di tengah-tengah tradisi kafir Quraisy.

Saat ini, jalan lurus Islam semakin banyak dilalui penduduk bumi. Di tiap jengkal tanah seantero bumi, telah tertanam benih-benih Islam. Ironinya, nomina kuantitas tidak seiring berkelindan dengan kualitas keberagamaan para pemeluknya. Masih relatif sedikit yang benar-benar mau menjalani Islam sebagai matan keyakinan dan cita-cita kehidupan. 

Bahkan, acapkali muka sinis, pandangan benci, ucapan sarkastis ditujukan dan ditimpakan kepada minoritas kecil ini. Tidak aneh, bila itu keluar dari musuh-musuh Islam, tetapi yang memprihatinkan justru keluar dari rahim kepribadian umat Islam sendiri. Tampaklah bahwa pewartaan Rasulullah beberapa abad yang lalu telah mewujud menjadi sebuah kenyataan.

Berat memang, menjalani kehidupan di era posmo ini sesuai dengan kaidah agama. Menggenggam kebenaran laksana menggenggam api membara. Bergegas ke masjid manakala suara adzan bergema, mengajak teman ikut kajian keislaman, terlibat dalam kegiatan dakwah, menolak ajakan teman untuk nonton film maksiat, seringkali dicap sebagai tindakan dan pandangan kuno. 

Tak pelak, stigma konservatif, dogmatis, literalis, out of date, bahkan fundamentalis harus diterima lapisan minoritas umat ini. Sebaliknya, menjalankan agama semau gue, perilaku bebas nilai, hedonis, permisif, dan sekuler sangat lazim dan populer.

Yang sedikit dan asing inilah yang harus kita jadikan referensi kehidupan. Meski sedikit, mereka tak lekang oleh waktu, tak lapuk diterpa zaman. Mereka adalah manusia suci pengusung panji-panji kebenaran. Mereka selalu meniti jalan kebenaran meski terlalu licin dan sempit. Lantas di manakah kita berpijak? (Farida Annur)


sumber : Republika

Apa Salahnya Menangis?


Apa salahnya menangis, jika memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran. 

Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup. 

Bagi seorang muslim yang mukmin, menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis). 

Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat dibelakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah. Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat: “Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (QS. Al Muthaffifin: 6). Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka kepada derajat hamba Allah yang peka. 

Bukankah diantara tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat berdo'a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis dalam kesendirian dikala berdo'a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas hidup yang harus diembannya di dunia ini. 

Di zaman ketika manusia lalai dalam gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya. Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya. Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam. 

Menangis merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap kebenaran. “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad)”. (QS. Al Maidah: 83). 

Ja’far bin Abdul Mutholib membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya. 

Orang yang keras hatinya, akan sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Saw, sedikit pun tidak berpengaruh pada hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Swt mengecam keadaan mereka di akhirat nanti, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisa’: 145) 

Barangkali di antara kita yang belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah ketika berdo'a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama di dunia. “Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS At Taubah: 82). 

Jadi apa salahnya menangis?. 

Herman Susilo
pr@ydsf.or.id



sumber : eramuslim

Nenek Moyang dari Bumi Purba

Evolusionis pertama yang meneliti asal usul kehidupan di abad kedua puluh adalah pakar biologi Rusia, Alexander Oparin. Ia bertujuan menjelaskan bagaimana makhluk bersel satu paling pertama, yang menurut teori evolusi dianggap sebagai nenek moyang semua makhluk hidup, dapat terbentuk.
Pada tahun 1930-an, Oparin merumuskan sejumlah teori untuk menerangkan bagaimana sel paling pertama dapat muncul dari benda tak hidup melalui peristiwa alamiah tanpa sengaja, atau secara kebetulan. Namun, usahanya berakhir dengan kegagalan dan Oparin sendiri harus mengakui:
Sayangnya, asal-usul sel masih merupakan pertanyaan yang ternyata menjadi bagian paling gelap dari keseluruhan teori evolusi. (Alexander I. Oparin, Origin of Life, (1936) NewYork: Dover Publications, 1953 (Reprint), hlm.196.)
Para evolusionis setelah Oparin melakukan percobaan untuk menemukan penjelasan evolusionis tentang asal-usul kehidupan. Yang terkenal di antaranya dilakukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley Miller, pada tahun 1953. Miller berhasil mendapatkan sedikit senyawa organik sederhana dengan mereaksikan gas-gas yang ia yakini terdapat pada atmosfer bumi purba.
Waktu itu, percobaan ini dianggap sebagai bukti ilmiah yang mendukung evolusi. Di kemudian hari, hal ini terbukti tidak benar. Penemuan berikutnya menunjukkan bahwa gas-gas yang digunakan dalam percobaan tersebut sangat berbeda dengan gas-gas pada atmosfer bumi purba. Miller sendiri akhirnya mengakui ketidakabsahan percobaannya.
Segala upaya evolusionis di abad kedua puluh untuk menjelaskan asal-usul kehidupan telah berakhir dengan kegagalan. Jeffrey Bada, profesor geokimia dan pendukung utama teori evolusi, mengakui kenyataan ini dalam majalah Earth edisi Februari 1998, yang termasuk di antara terbitan evolusionis terkemuka:
Kini saat kita meninggalkan abad kedua puluh, kita masih menghadapi masalah terbesar yang tidak terpecahkan yang kita punyai saat kita memasuki abad ke dua puluh: “Bagaimana kehidupan muncul pertama kali di bumi?” (Jeffrey Bada, “Origins”, Earth, February 1998, hlm. 40)
Penghalang terbesar bagi teori evolusi adalah struktur teramat kompleks pada sel hidup. Setiap makhluk hidup di bumi tersusun atas sel-sel berukuran sekitar seperseratus milimeter. Sejumlah makhluk hidup bahkan hanya terdiri atas satu sel. Namun organisme bersel satu ini pun memiliki susunan teramat kompleks. Mereka memiliki sistem sangat rumit agar tetap hidup, bahkan mesin pendorong kecil untuk bergerak.
Di masa Darwin, struktur kompleks sel belumlah diketahui. Dengan mikroskop sederhana waktu itu, sel terlihat menyerupai bercak-bercak kecil sederhana. Namun, mikroskop elektron canggih yang ditemukan sekitar pertengahan abad kedua puluh mengungkapkan betapa kompleks dan rapinya sebuah sel sesungguhnya. Mereka telah membuka tabir sebuah kerumitan dan keteraturan yang tidak mungkin dihasilkan oleh peristiwa kebetulan belaka.
Satu sel hidup terdiri dari ribuan bagian kecil yang bekerja secara serasi. Sekedar gambaran, dalam sel terdapat pusat pembangkit tenaga, pabrik canggih, bank data kompleks, sistem penyimpanan raksasa, pusat pengolahan modern, dan membran sel yang seolah dengan sadar mengatur apa saja yang keluar dan masuk sel. Agar sel tetap hidup, semua bagian ini harus ada pada saat bersamaan. Mustahil sistem rumit dan kompleks semacam ini dapat muncul sebagai hasil kebetulan.
Saat ini, laboratorium tercanggih sekalipun tidak mampu membuat satu sel hidup dari materi tak hidup. Hal ini benar-benar telah diakui sebagai kemustahilan; dan upaya untuk membuat sel-sel hidup dari materi tak hidup telah ditinggalkan.
Namun teori evolusi menklaim bahwa sistem ini, yang manusia dengan segala kecerdasan, ilmu, dan teknologinya tidak berhasil menirunya, muncul menjadi ada secara kebetulan. Sir Fred Hoyle, pakar matematika dan astronomi Inggris terkemuka, memaparkan kemustahilan ini dengan sebuah contoh:

Kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi secara kebetulan dapat disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi tempat pembuangan barang bekas, merakit pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang ada.( "Hoyle on Evolution", Nature, Vol 294, November 12, 1981, hlm. 105.)

Ahammiah Makrifatullah

Sinopsis
Makrifatullah atau mengenal Allah adalah subjek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad'u yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap Allah s.w.t. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahawa Allah adalah sebagai "Rabb" kepada sekelian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personaliti merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keredhaan Allah s.w.t.
Hasyiah
1. Kepentingan ilmu makrifatullah
Syarah:
  • Riwayat ada menyatakan bahawa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin makrifatullah) . Bermula dengan mengenal Allah,maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita berbanding makhluk-makhluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggungjawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul-betul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.
Dalil:
  • 47:19. Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahawasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila al-Quran menggunakan sighah amar (perintah) maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (makrifatullah ) adalah wajib.
  • 3:18: Allah menyatakan bahawa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
  • 22:72-73: Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah samada ayat qauliah atau kauniah dengan api neraka. Janji ini Allah turunkan di dalam surah al-Hajj ayat 72-73: Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang kamu dapati pada muka-muka orang kafir kemarahan. Hampir-hampir mereka menendang orang-orang yang membacakan kepada mereka ayat-ayat kami. Katakanlah kepada mereka : Hendakkah aku khabarkan kepada kamu dengan yang lebih buruk daripada itu , iaitulah neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang kufur dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Wahai manusia, dibawakan satu permisalan maka hendaklah kamu dengar ! Sesunggguhnya orang-orang (berhala-berhala) yang engkau sembah selain Allah tidak akan mampu mencipta seekor nyamuk sekalipun seluruh mereka berkumpul untuk tujuan itu. Dan jika mereka dihinggapi oleh seekor lalat, mereka tidak mampu untuk menyelamatkan diri. Lemahlah orang yang menuntut dan orang yang dituntut (sembah).
  • Oleh yang demikian makrifatullah menerusi ayat-ayatNya adalah suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka.
  • 39:67 : Mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan Kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.
  • Orang-orang kafir tidak mentaqdirkan Allah dengan taqdir yang sebenarnya kerana mereka tidak betul-betul makrifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah taqdir terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh itu memerlukan makrifatullah yang sahih dan tepat.
2. Tema perbicaraan makrifatullah - Allah Rabbul Alamin
Syarah:
  • Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita fahami dari istilah al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandungi erti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surah An-Naas : 1-3. Inilah tema di dalam makrifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.
Dalil:
  • 13:16 : Katakanlah: Siapakah Rabb segala langit dan bumi ? Katakanlah : Allah. Katakanlah: Adakah kamu mengambil wali selain daripada-Nya, yang tiada manafaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat ? Katakanlah: Adakah bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat ? Bahkan adakah bersamaan gelap dengan Nur (cahaya)? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa makhluk atas mereka ? Katakanlah : Allah Allah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa.
  • 6:12: Katakanlah : Bagi siapakah apa-apa yang dilangit dan dibumi ? Katakanlah: Bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diri-Nya akan memberikan rahmat. Demi sesungguhnya Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman.
  • 6:19: Katakanlah : Apakah saksi yang paling besar ? Katakanlah: Allah-lah saksi di antara aku dan kamu . Diwahyukan kepadaku al-Quran ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya al-Quran. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain ? Katakanlah: Aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah: hanya Dialah tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan.
  • 27:59: Katakanlah: Segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan.
  • 24:35: Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi
  • 2:255 Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia Hidup dan Berdiri Menguasai seluruh isi bumi dan langit.
3. Didukung dengan dalil yang kuat:, 75: 14-15
Syarah:
  • Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berfikir dan membuat penilaian . Oleh kerana itu banyak fenomena alam yang disentuh oleh al-Quran diakhirkan dengan persoalan tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu melihat, tidakkah kamu mendengar dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu boleh mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua alam cakerawala ini adalah di bawah milik dan pentadbiran Allah s.w.t.
Dalil:
  • Naqli - 6:19: Allah menurunkan al-Quran kepada Rasul sebagai bahan peringatan untuk manusia
    Aqli - 3:190: Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berfikir
    Fitri - 7:172 : Pertanyaan Allah kepada anak adam di alam fitrah, bukan Aku tuhanmu ? Lalu diakuri
4. Dapat menghasilkan : peningkatan iman dan taqwa
Syarah:
  • Apabila kita betul-betul mengenal Allah menerusi dalil-dalil yang kuat dan kukuh, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita hampir dengan Allah, Allah lebih lagi hampir kepada kita. Setiap ayat Allah samada dalam bentuk qauliah mahupun kauniah tetap akan menjadi bahan berfikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menatijahkan personaliti hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah syurga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diredhaiNya.
5. Kemerdekaan
  • 6:82 : Orang-orang yang beriman dan tidak memcampurkan keimanannya dengan kezaliman, untuk merekalah keamanan sedang mereka itu mendapat petunjuk.
6. Ketenangan
  • 13:28 : Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan mengingati Allah. Ingatlah (bahawa dengan mengingati Allah itu, tenteramlah segala hati.
7. Barakah
  • 7:96: Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, nescaya kami tumpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi tetapi mereka itu mendustakan sebab itu Kami siksa mereka dengan sebab usahanya itu.
8. Kehidupan yang baik
  • 16:97: Sesiapa yang melakukan kebaikan baik lelaki mahupun perempuan sedang dia beriman nescaya Kami siapkan dia dengan kehidupan yang baik
9. Syurga
  • 10:25-26: Mereka yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan dan tambahan dari Allah dan mereka akan menjadi penduduk tetap syurga Allah.
10. Mardhotillah:

  • 98:8: Balasan untuk mereka di sisi tuhannya ialah syurga Adne yang mengalir sungai dibawahnya sedang mereka kekal selama-lama di dalamnya . Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah. Syurga itu untuk orang-orang yang takut kepada Allah.

    sumber : materi tarbiyah

Mahasiswa Indonesia Raih Penghargaan Sains di AS


Ali Khumaeni, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan doktor di Universitas Fukui Jepang, mendapat penghargaan ilmiah Great Scientific Exchange 2012 (SCIX 2012), di Kansas City, Missouri, Amerika Serikat akhir pekan lalu berkat terobosan dalam bidang teknik analisis atom.
SCIX 2012 adalah pertemuan ilmiah internasional terbesar untuk bidang sains analitik dan spektroskopi yang diselenggarakan oleh Federation of Analytical Chemistry and Spectroscopy Societies (FACSS) sejak 1973.
Setiap tahun, FACSS memilih paper ilmiah terbaik oleh mahasiswa pasca sarjana. Tahun ini terpilih 1 mahasiswa penerima penghargaan FACSS dan 2 mahasiswa penerima beasiswa The Tomas Hirschfeld Scholar melalui proses seleksi yang sangat ketat.
"Tercatat sejak 2006, penghargaan FACSS selalu diraih oleh mahasiswa dari Universitas di Amerika Serikat dan alhamdulillah tahun ini kita bisa meraihnya" kata Khumaeni dalam email pada BBC Indonesia.
Terobosan penting

Khumaeni membuat terobosan baru dalam bidang laser plasma spektrokopi, yaitu teknik analisis atom dalam material dengan memanfaatkan laser pulsa berdaya tinggi. Di dalam bidang ini, mayoritas peneliti memanfaatkan laser pulsa Nd:YAG untuk analisis material. Kelemahan dari metode ini adalah tidak bisa digunakan untuk analisis atom dengan sensitivitas tinggi pada material yang bersifat non-padat. Selain itu, metode ini juga tidak bisa digunakan untuk analisis atom metal berbahaya karena material akan rusak disebabkan ablasi material oleh laser.
Analisis permukaan material sangat penting dalam industri termasuk industri nuklir.
Untuk memecahkan persoalan ini, Khumaeni dan timnya membuat terobosan metode baru yang dinamakan “laser gas plasma spektroskopi”. Di dalam teknik ini, sebuah gas plasma dihasilkan dalam permukaan metal dengan memanfaatkan laser pulsa TEA CO2.
Dengan berbagai teknik sampling yang sederhana, gas plasma tersebut berinteraksi dengan berbagai material non-padat yang akan dianalisis. Hasilnya menunjukkan bahwa metode baru ini bisa digunakan untuk analisis material non-padat dengan cepat dan menghasilkan sensitivitas yang tinggi dibandingkan dengan metode laser plasma spektroskopi pada umumnya.
Selain itu, metode baru ini juga bisa digunakan untuk analisis permukaan material tanpa membuat kerusakan material sehingga bisa diaplikasikan industri-industri yang membutuhkan analisis permukaan seperti semikonduktor dan nuklir.
“Semoga metode baru ini bisa memberikan kontribusi penting dalam bidang spektroskopi, khususnya spektroskopi atom dengan memanfaatkan laser," kata Khumaeni.
Salah satu aplikasi penting metode laser plasma spektroskopi saat ini adalah untuk misi planet Mars. Metode ini digunakan robot Curiosity yang akan digunakan untuk mendeteksi atom-atom yang sangat penting untuk mengetahui tanda-tanda kehidupan di planet.

sumber : http://internasional.kompas.com/read/2012/10/08/1320150/Mahasiswa.Indonesia.Raih.Penghargaan.Sains.di.AS

BIRRUL WALIDAIN (2)


Hal-hal yang dapat membangkitkan bakti anak

Renungkanlah betapa besar pengorbanan seorang ibu kepada anaknya.
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengan-dungnya dalam keadaan susah yang bertambah-tambah dan melahirkannya dengan susah payah juga.” (QS. Al-Ahqaf 46:15)
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu-bapaknya. Ibunya mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah”. (QS. Luqman 31:14)

Bentuk-bentuk Birrul Walidain

·         Memandang orangtua dengan pandangan cinta, penuh kasih dan gembira
“Seorang anak yang memandang kepada orangtuanya dengan pandangan cinta, akan dicatat Allah seperti amalan orang yang naik Haji Mabrur” (HR Ar-Rafi’i dan Al-Baihaqi)
·         Bersikap lemah lembut
“Dan ucapkanlah kepada ibu bapakmu perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan doakanlah: “Wahai Robb-ku, kasihanilah keduanya seperti keduanya telah mendidik aku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra; 17:23-24)
Imam Al-Bukhari menjelaskan tentang firman Allah diatas. Katanya: “Tunduklah kepada ibu-bapakmu seperti seorang hamba kepada majikannya yang keras dan ganas.”
“Janganlah kau berjalan di depannya, jangan duduk sebelum dia duduk, jangan kau panggil dengan namanya, dan jangan kau memancing amarahnya.” (HR. At-Thabarni)
·         Minta izin sebelum masuk ke kamarnya
“Dan apabila anak-anakmu sudah mencapai usia baligh, maka haruslah mereka meminta izin padamu (untuk masuk), seperti halnya orang-orang sebelum mereka.” (QS. An Nur 24:59)
·         Berdiri menyambut ibu-bapak
“Siti Fatimah binti Rasul apabila ia datang mengunjungi Rasulullah saw beliau bangkit menyongsongnya, mencium dan mempersilahkan sang puteri duduk di tempat duduk beliau. Begitu juga jika Nabi Saw datang mengunjungi buah hatinya, Fatimah bangun menyongsong beliau, mencium dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya.” (HR. Abu Daud dan At-Turmudhi)
Ini adalah bentuk pengagungan, perendahan diri dan kepatuhan kepada keduanya atau penampilan kasih sayang kepada keduanya.
·         Mendoakan ibu-bapak (17:23-24)
Betapa baiknya kalau engkau mendoakan kedua orangtua setiap selesai membaca shahadat dalam shalat.
“Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu, hanya kepada-Kulah semuanya akan kembali.” (QS. Luqman 31:14)
“Sungguh seorang hamba ditinggal pergi oleh salah seorang atau oleh kedua ibu-bapaknya, sedang dia dalam keadaan durhaka. Namun sang anak senantiasa berdoa dan memo-honkan ampun bagi keduanya, sehingga Allah menetapkan-nya sebagai anak yang berbakti kepada orangtuanya.” (HR. Al-Baihaqi)
·         Berziarah ke kubur ibu-bapak
“Barangsiapa yang berziarah ke kubur orangtuanya atau salah seorang dari keduanya pada tiap hari Jum’at, maka dosanya akan diampuni Allah dan ia dinyatakan sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.” (HR. At-Thabrani)
·         Membina hubungan baik dengan kawan ibu-bapak
Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang ingin berhubungan dengan ayahnya yang telah wafat, hendaklah dia menghubu-ngi kenalan dan saudara-saudara ayahnya, sesudah ayahnya meninggal”.(HR. Abdur Razzaq)
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang paling utama adalah hubungan baik si anak dengan keluarga kawan baik ayahnya.” (HR. Muslim)
·         Melunasi hutang keduanya sesudah keduanya meninggal dunia
·         Menepati nazarnya
Seorang dari Bani Salamah bertanya “Ya Rasulullah, apakah sesudah ibu bapakku meninggal dunia, masih ada sisa bakti yang dapat aku persembahkan kepada keduanya …? Rasulullah Saw. mengangguk dan bersabda: “Ya dengan jalan mengirimkan doa untuk keduanya, memohonkan ampun, menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkan ibu-bapakmu, memelihara hubungan silaturahmi dan memuliakan sahabat keduanya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
·         Tidak menyebabkan orang memaki-maki kepada keduanya
Bahwasanya Nabi saw. bersabda: Daripada dosa-dosa besar ialah seseorang yang memaki kedua ayah-bundanya. Sahabat bertanya: Ya Rasulullah adakah seorang yang memaki ayah-bundanya? Jawab Nabi: Ya. Dia memaki ayah orang lain, maka dibalas memaki pada ayahnya atau dia memaki ibu orang lain, lalu dibalas memaki pada ibunya (HR. Bukhari, Muslim)

bersambung....

Manusia


Drs. H. Ahmad Yani

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menamakan manusia dengan alinsan, annas dan albasyar. Sebagai manusia, kita perlu memahami makna-makna tersebut agar dapat menangkap hakikatnya untuk selanjutnya menjalani kehidupan sebagai manusia sebagaimana yang Allah SWT kehendaki, yakni mengabdi kepada-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”(QS.51:56).

Alinsan
Menurut Dr. Quraish Shihab dalam buku tafsirnya, alinsan terambil dari akar kata yang berarti bergerak, lupa dan merasa bahagia atau senang. Ketiga arti ini menggambarkan sebagian dari sifat atau ciri khas manusia. Ia bergerak bahkan seharusnya memiliki dinamisme; ia juga memiliki sifat lupa atau semestinya melupakan kesalahan-kesalahan orang lain dan ia pun  merasa senang bila bertemu dengan jenisnya atau seyogianya selalu berusaha memberi kesenangan dan kebahagiaan kepada diri dan makhluk-makhluk lainnya.

Penggunaan kata alinsan untuk menyebut manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT yang diberi beban tanggung jawab untuk mengabdi kepada-Nya dalam cakupan yang seluas-luasnya sebagaimana dalam firman-Nya di atas. Manakala manusia tidak menggunakan waktu dalam kehidupannya untuk mengabdi kepada Allah SWT, maka ia akan menjadi orang yang rugi dunia dan akhirat. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman di QS.103:1-3 : ”Demi masa. Sesungguhnya manusia (alinsaan) benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Oleh karena itu, sebagai alinsan, manusia seharusnya selalu waspada terhadap godaan-godaan syaitan karena syaitan ingin menyesatkan manusia bukan secara fisik tapi manusia sebagai insan karena Allah SWT menggunakan kata insan ketika berfirman dalam QS. 17:53 “Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Namun, manusia yang disebut alinsan juga berarti lupa, semestinya ia melupakan kesalahan-kesalahan orang lain terhadap dirinya sehingga ia menjadi pemaaf. Kenyataan yang terjadi banyak manusia yang menjadi lupa terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT sehingga mengabaikan perintah-Nya. Untuk itu mansuia harus selalu berdzikir kepada Allah SWT dalam segala keadaan.

Sekiranya manusia menyadari hakikat dirinya sebagai alinsan yang berarti harus selalu membuat senang manusia dan mahkluk Allah lainnya, maka dalam hidupnya niscara manusia akan selalu memberikan yang terbaik, melakukan kebaikan bahkan menjadi cermin dalam kebaikan dan kebenaran dan segala perbuatannya selalu  memberikan manfaat kepada manusia lain dan lingkungannya, dan inilah manusia yang ideal.

Albasyar
Penggunaan kata albasyar untuk manusia lebih ditekankan kepada hal-hal yang bersifat jasmani dan naluri. Misalnya manusia itu bisa dilihat, disentuh, memerlukan makan, minum, berkembang biak dan lain-lain. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW sebagai albasyar sama seperti kita yang merasa lapar, haus, dan sebagainya. Allah SWT berfirman : “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.' Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.' (QS. 18:110)

Karena jasmani manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, maka sebagai albasyar manusia boleh memenuhi segala macam kebutuhannya dengan cara yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Manusia yang menghalalkan segala cara dalam memenuhi kebutuhannya, sama halnya seperti binatang bahkan lebih buruk lagi. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS. 7:179)

Kenyataan menunjukkan bahwa keinginan manusia yang bersifat jasmaniyah sangat besar bahkan bisa jadi sangat dominan. Karena itu sebagai albasyar manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya bukan membiarkannya sebebas-bebasnya, juga bukan membunuhnya. Manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi manusia yang bermartabat.

Annas
Di dalam al-Qur’an, Allah SWT juga menyebutkan kata annas untuk menyebut manusia. Secara harfiyah, annas diambil dari kata nausu yang berarti gerak dan terambil dari kata unas yang berarti tampak. Demikian menurut Dr. Quraish Shihab. Dari makna ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sebagai manusia, keberadaan kita di dunia ini harus kita tunjukkan atau kita tampakkan dengan gerakan kebaikan dan perbaikan. Secara fisik, manusia akan menjadi sehat bila ia banyak bergerak. Pengabdian kepada Allah SWT yang salah satunya adalah sholat  dan haji, dilakukan dengan banyak melakukan gerakan.

Sebagai makhluk yang harus bergerak, manusia harus saling mengenal antara satu dengan lainnya karena manusia memang terdiri dari perbedaan jenis kelamin, suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit. Namun, setelah saling mengenal manusia harus menyadari bahwa kemuliaan itu bukan terletak pada kebanggaan atas status bangsa, jenis kelamin, warna kulit dan lainnya, tapi Allah SWT meletakkan kemuliaan mansuia itu pada taqwanya. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.49:13).
 [ayani@indosat.net.id]

Wallohu a’lam.

sumber : alhikmah.com 

Arti Sebuah Nama


Lebih dari sekedar sebuah agama, Islam sebagai way of life mengonsepkan bahwa pemberian nama seseorang merupakan bagian yang padu dari proses pendidikan. Sebauh nama berkaitan erat dengan penyandangnya : ketika namanya disebut, secara tidak langsung dia didoakan oleh orang yang memanggilnya. Pun tidak jarang seseorang tersugesti untuk merealisasikan namanya. Nama juga digunakan Rasulullah SAW sebagai reward atas jasa seseorang terhadap Islam.

Dengan kebagusan namanya, setiap umat Nabi Muhammad diharapkan akan hadir di tengah manusia (di dunia dan akhirat) dengan penuh izzah (kebanggan) serta keistimewaan akhlaknya. Rasulullah SAW sendiri mempunya dua buah nama yang mempunyai arti yang sama "Yang Terpuji", yaitu Ahmad (QS. 61 : 6) dan Muhammad. Dipadu dengan keindahan akhlaknya, beliau hadir sebagai figure ideal yang memang pantas untuk dipuji.

Allah SWT secara tegas melarang sesama mukmin untuk memberikan julukan yang buruk (QS. Al-Hujurat : 11). Hal ini diperkuat pula dengan perintah Rasulullah SAW untuk menamai seseorang dengan naman-nama yang baik, karena pada hari kiamat kelak setiap peserta hisab akan dipanggil namanya digandengkan dengan nama bapak masing-masing (HR Abu Dawud dengan sanad hasan).

Dalam proses pendidikan umat Rasulullah SAW juga mencanangkan "gerakan pemberian nama baik" untuk para mukmin. Nama-nama buruk diganti dengan nama yang baik, seperti Harb (perang) diubah menjadi Salim (damai), Al-Mudhhaji (yang berbaring) menjadi Al-Munba'its (yang bangkit/gesit), Hazn (susah) menjadi Sahl (mudah), dan sebagainya.

Sementara untuk nama yang sudah baik dihias dengan julukan yang menggambarkan nilai plus seseorang seperti julukan-julukan Singa Allah (Hamzah bin Abdul Muthalib), Hawari Rasulullah (Zubair bin Awwam), Yang Cemerlang dan Yang Suci (Fathimah binti Muhammad), Al-Faruq (Umar bin Khattab) dikalungkan kepada para tokoh terdepan Islam sebagai reward bagi jasa-jasanya dalam syi'ar dakwah Islam.

Adapun hikmah yang dapat kita petik dari gambaran di atas adalah : Pertama, Rasulullah SAW sebagai murabbi (pendidik) utama sungguh memperhatikan secara cermat segala aspek dalam diri mutarobbi (anak didik). Dalam hal ini aspke psikologis menjadi sorotan utama beliau.

Kedua, mari kita mengakui kesalahan kita selama ini. Kita semua merupakan murobbi, paling tidak untuk putra/putri kita masing-masing. Sudahkah kita memberikan nama yang baik, atau julukan yang baik sebagai reward (hadiah) atas sikap mereka yang manis? Ataukah kita lebih  sering memberikan julukan yang memalukan sebagai punishment (hukuman)?

Sementara itu patut disayangkan bahwa nama-nama bagus semisal Siti Aisyah, Ahmad, Nurlia dan Salamah dikisahkan secara miring dalam beberapa lagu yang berkonotasi erotisme jahiliyah. Hal ini menjadi "sebab nilai setitik rusak susu sebelanga". Untuk membersikan susu, "Gerakan Nama Baik untuk Semua" ada baiknya dibudayakan kembali.

Masalahnya, siapkah kita mendidik putra/putrid kita menjadi pribadi sesuai namanya? (Sri Vira Chandra, S.S)

sumber : Republika

Apa Bedanya Nyamuk dan Kita?


Dua malam yang lalu, seperti biasa aku duduk didepan meja bundarku. Aku ditemani pena yang menggelayut erat dalam lipatan jariku berpikir mengumpulkan hal-hal baru yang menarik dan dapat kurangkai dalam kata-kata. Ya, itulah kebiasaanku, menulis di tengah heningnya malam dan kegelapannya. Sebuah kebiasaan yang telah dipahami dengan sendirinya oleh para rekan dan keluargaku.

Belum lama aku tenggelam dalam perenunganku, dan belum sebuah masalah pun yang tergambar dalam otakku. Tiba-tiba sebuah sengatan tajam menusuk kulit telingaku, lalu pindah ketanganku.... Pikiranku buyar.. tapi ternyata kebuyaran itu membentuk sebuah hal baru yang muncul dalam pikiranku. 

Seekor nyamuk telah menggangguku. Aku berusaha menepuknya, tapi sayapnya lebih cepat membawa lari mungil tubuhnya. Aku mencoba buka jendela, dan dengan cara itu ada gerombolan nyamuk lain yang langsung menerjang masuk. Kuhantam mereka dengan satu kibasan.... Luar biasa ternyata mereka mampu menghindar dengan berpencar.... Sungguh baru kali ini aku melihat ada sebuah umat yang dengan jalan berpencar dan berbeda arah malah mampu menyelamatkan kehidupannya. Mereka adalah nyamuk-nyamuk yang pandai.

Kalau begitu alangkah lemahnya manusia, yang selalu merasa paling pandai dan merasa paling kuat, bahkan merasa selalu ingin menguasai dunia ini dengan kekuatan... Padahal mereka kadang malah tertipu dengan keangkuhannya, merasa kuat, tapi untuk membunuh serangga kecil itu dengan satu kibasan saja kadang tak mampu...

Kalau manusia mau berpikir, bahwa antara manusia yang berakal, hewan yang berinsting, tumbuhan yang berkembang, ataupun benda mati yang diam semuanya tak akan ada kekuatan apapun kecuali berkat karunia ilahiyah semata. Tapi itulah yang kerap dilupakan. 

Aku menemukan beberapa kesamaan antara nyamuk dan manusia. 

Pertama, nyamuk mencari jalan hidupnya dengan mengisap darah, namun terkadang ia berlebihan dalam isapannya sehingga kecil badannya tak mampu menampung semua hasilnya tadi. Begitupun ia terus mengisap tak mau berhenti, hingga akhirnya perutnya kembung dan hampir pecah dengan sendirinya... Sungguh ia mencari hidup melalui jalan kematian, dan mencari jalan keselamatan namun disarang bahaya.

Kalau lah boleh kita qiyaskan maka ia tak jauh beda dengan orang serakah dan pecandu narkoba, pada isapan dan hirupan pertamanya ia merasa melihat surga dan kebahagiaan, sehingga ia tertuntut untuk kedua, dan ketiga kalinya bahkan seterusnya... Hingga menjadi sebuah kedahagaan tersendiri jika ia tak mengulanginya. Sementara ia tidak menyadari bahwa kefanaan telah mengintai dirinya dengan taring-taring yang menyeringai.

Kedua, nyamuk adalah mahluk yang tak mempunyai siasat mencari hidup yang baik. Hal itu dapat kita lihat saat ia hinggap pada tubuh manusia, ia tak hinggap kecuali dengan membawa dengungan suara yang yang menandakan akan kedatangannya. Akhirnya secara otomatis tubuh yang ia hinggapi tadi akan sgera menampiknya dan menggagalkan usahanya. 

Toh kalau boleh kita kiyaskan maka ia tak lebih bagaikan seorang politikus yang bodoh, yang banyak ngoceh sana-sini, dan mengumbar statement tanpa karuan yang akhirnya statemen-statemen itu malah menghancurkanya, dan membuat musuh dapat berbuat sekehendak hati padanya, bahkan menyerangnya dengan serangan balik yang tidak ia sadari...

Ketiga, nyamuk yang dengan keringanan tubuhnya mampu hinggap di tubuh manusia dengan hampir tak terasa sedikitpun. Tapi sengatan dan gigitan yang ditimbulkan olehnya betul-betul perih dan menyakitkan. Ini bisa dianalogikan seperti seorang yang dengan segala senyum manisnya berusaha untuk memikiat hati orang lain, hingga saking indah dan mesranya senyum itu, kita tak mempunyai sedikit prsangka buruk kepadanya. Tapi ternyata dibalik senyum nan indah dan bersahaja itu tersimpan sejuta tujuan nan jahat bahkan sanggup mengahancurkan dan "menyengat" kita jika maksud dan tujuannnya telah tercapai.

Diterjemahkan dari Kitab AN-NAZARAT Oleh Musthofa Luthfi el Manfaluthi.
vhemy@yahoo.com



sumber : eramuslim

Si Jago Minum dari Padang Pasir


Adik-adik, tahukah kalian bahwa Allah telah menciptakan binatang istimewa yang hidup di padang pasir untuk melayani manusia yang ada di sana? Dialah unta, hewan yang sangat ajaib. Tidak heran jika Allah menyeru kita agar memperhatikan penciptaan unta dalam ayat berikut:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan.” (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:17)
Jika kalian amati unta dengan baik, akan kalian saksikan bahwa setiap bagian tubuhnya adalah keajaiban penciptaan.
Unta dapat bertahan hidup hingga 8 hari pada suhu 50OC tanpa makan dan minum. Ketika menemukan sumber air, unta mampu meminum air sebanyak sepertiga berat badannya dalam waktu 10 menit. Ini berarti 130 liter dalam sekali minum. Jika dalam sehari kalian mampu meneguk 10 gelas air minum, misalnya, maka unta dapat meminum sekitar 120 gelas air dalam waktu 10 menit. Air ini disimpan dalam bentuk lemak pada punuk unta. 
Kebanyakan makanan di gurun pasir adalah kering dan berduri. Namun pencernaan unta telah diciptakan sesuai dengan kondisi yang sulit ini. Gigi dan mulutnya telah dirancang untuk memungkinkannya memakan duri tajam dengan mudah. Perutnya juga memiliki desain khusus tersendiri sehingga cukup kuat untuk mencerna hampir semua tumbuhan gurun pasir.
Allah juga telah menciptakan sistem perlindungan khusus pada unta sehingga mampu bertahan terhadap badai pasir yang menyesakkan nafas dan membutakan mata. Kelopak mata unta melindungi matanya dari debu dan butiran pasir. Namun, kelopak mata ini juga tembus cahaya sehingga unta tetap dapat melihat meskipun matanya tertutup. Bulu mata yang panjang dan tebal khusus diciptakan untuk mencegah masuknya debu ke dalam matanya. Hidung unta juga memiliki bentuk khusus sehingga dapat menutup ketika badai pasir menerpa.
Unta takkan terperosok ke dalam pasir gurun sekalipun membawa muatan seberat ratusan kilogram. Ini karena kakinya telah diciptakan khusus untuk berjalan di atas pasir. Telapak kaki yang lebar menahannya dari tenggelam ke dalam pasir, dan berfungsi seperti pada sepatu salju. Kaki yang panjang menjauhkan tubuhnya dari permukaan pasir yang panas membakar di bawahnya. Tubuh unta tertutupi oleh rambut lebat dan tebal. Ini melindunginya dari sengatan sinar matahari dan suhu padang pasir yang dingin membeku setelah matahari terbenam. Beberapa bagian tubuhnya tertutupi sejumlah lapisan kulit pelindung yang tebal. Lapisan-lapisan tebal ini ditempatkan di bagian-bagian tertentu yang bersentuhan dengan permukaan tanah saat ia duduk di pasir yang amat panas. Ini mencegah kulit unta agar tidak terbakar. Lapisan tebal kulit ini tidaklah tumbuh dan terbentuk perlahan-lahan; tapi unta memang terlahir demikian.

sumber : majalah insight

Wajibat Nahwa Rasul


Sinopsis
Muslim yang menyebut bahawa Muhammad adalah Rasulullah di dalam syahadatnya maka bererti individu tersebut akan membenarkan apa yang dikhabarkannya, mentaati semua perintahnya, menjauhi apa yang dilarangnya, dan tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya. Penerimaan dan ketaatan serta ibadah kepada-Nya melalui petunjuk Rasul adalah hasil dari persaksian ke atas Nabi yang kemudian dari sini muncul kewajiban-kewajiban yang perlu dijalankan.
Kewajiban kami (muslim) kepada Rasul adalah mengimanainya, mencintai, mengagungkan, membelanya, mencintai para pencintanya, menghidupkan sunnahnya, memperbanyak shalawat, mengikutinya dan mewarisi risalahnya. Dengan kewajiban ini setiap muslim akan sentiasa menjaga dirinya berada di dalam saf Islam. Kewajiban ini sebagai janji dan komitmen dari persaksian kita kepada Nabi bahawa Muhammad SAW adalah RasullulLah.
Hasiyah
1. Muhammad RasullulLah.
Sarahan
  • Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang dijadikan sebagai Nabi dan Rasul penutup. Beliau sebagai model terbaik dan melengkapi nabi dan rasul sebelumnya. Risalah yang dibawanya sangatlah bersesuaian dengan keadaan saat ini dan diperuntukkan bagi semua manusia.
  • Berbagai kelebihan dan keutamaan pada diri Nabi sangatlah banyak, sehingga kita perlu menyimpulkan bahawa beliaulah yang paling sesuai untuk diikuti. Kemudian bagaimanakah kewajiban kita kepadanya?
Dalil
  • 33:40, Muhammad SAW sebagai Nabi penutup
  • 34:28, diperuntukkan kepada semua manusia

2. Membenarkan apa yang dikabarkannya
Sarahan
  • Nabi Muhammad SAW adalah Rasul yang membawa kebenaran. Setiap yang disampaikannya adalah benar dan berasal dari Allah SWT. Beliau mengajak kita untuk beriman dan taat kepada Allah dan Rasuul-Nya. Usaha pertama sebelum kita beriman, kita mesti menerima dan membenarkan apa yang akan kita yakini. Selama kita tidak menerima maka selama itu kita tidak dapat membenarkan risalah Nabi dan juga tidak akan kita beriman kepada-Nya. Orang yang membenarkan risalah-Nya adalah orang yang bertaqwa.
Dalil
  • Hadits.
  • 39:33, orang yang membawa kebenaran (Muhammad SAW) dan orang-orang yang membenarkannyaadlah mereka itu orang yang taqwa.

3. Mentaati semua perintahnya
Sarahan
  • Orang yang beriman adalah tentera yang siap dan sedia mendapat arahan dan perintah dari atasan. Atasan kita adalah allah SWT dan Nabi SAW. Dialah yang berhak sebagai atasan kita kerana dialah pencipta, pemberi rezki, pengatur, dan pemiliki kita. Sedangkan Nabi adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Allah sebagai pembimbing kita. Sikap kita yang terbaik adalah dengar dan taat perintah-Nya.Kerana setiap perintah itu adalah untuk kebaikan kita juga.
Dalil
  • 24:51, sesungguhnya perkataan orang beriman apabila dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, supaya dihukum antara mereka, bahawa mereka berkata: kami dengar dan kami taat. Mereka itulah orang yang menang
  • 5:7, kami dengar, kami taat dan takutlah kamu kepada Allah

4. Menjauhi apa yang dilarangnya
Sarahan
  • Muhammad SAW sebagai rasul yang mendapat lesen dari Allah SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya maka kita mesti mengiktiraf keadaan beliau dan menjadikan diri Nabi sebagai bahagian di dalam kehidupan kita. Beliau berhak mengatur kehidupan kita kerana ini untuk kebaikan kita sendiri. Oleh kerana itu, apabila beliau melarang sesuatu maka ikuti larangannya. Inilah jaln terbaik.
Dalil
  • 59:7, &ldots; apa-apa yang diberikan rasul kepadamu, hendaklah kamu ambil dan apa-apa yang dilarangnya, hendaklah kamu hentikan dan takutlah kepada Allah.
5. Tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya
Sarahan
  • Mentaati Allah mesti melalui ketaatan kepada Rasul. Yang ditaati adalah syariat yang dibawanya sama ada yang disampaikan di dalam Al Qur'an ataupun Sunnah Nabi. Kita tidak akan dapat beribadah kecuali mengikuti Rasul dan syariat-Nya.
Dalil
  • hadits
  • 4:80, barang siapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.

6. Kewajiban terhadap rasululLah
a.Mengimani
Sarahan
  • Kewajiban kita terhadap Nabi adalah mengimaninya. Dengancara ini kita akan terhindar dari api neraka dan azab yang pedih
Dalil
  • hadits.
  • 61:10, 11, suatu perniagaan yang akan melepaskan kita dari azab yang pedih adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjuang di jalan Allah dan Rasul-Nya.
b. Mencintai
Dalil
  • hadits,
c. Mengagungkan
Dalil
  • (48:7)
d. Membelanya
Dalil
  • (9:40, 61:14)
e. Mencintai para pencintanya
Dalil
  • (48:29)
f. Menghidupkan sunnahnya
Dalil
  • (Hadits, 3:130)
g. Memperbanyak sholawat
Dalil
  • (33:56)
h. Mengikutinya
Dalil
  • (3:31)
i. Mewarisi risalahnya
Dalil
  • (48:28)
Ringkasan Dalil
Muhammad RasullulLah: membenarkan apa yang dikabarkannya (Hadits, 39:33),
Mentaati semua perintahnya (24:51, 5:7, 4:115)
Menjauhi apa yang dilarangnya (59:7)
Tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya (hadits, 4:80)
Kewajiban terhadap rasululLah mengimani (hadits, 61:11)
Mencintai (hadits)
Mengagungkan (48:7)
Membelanya (9:40, 61:14)
Mencintai para pencintanya (48:29)
Menghidupkan sunnahnya (Hadits, 3:130)
Memperbanyak sholawat (33:56)
Mengikutinya (3:31)
Mewarisi risalahnya (48:28)

sumber : materi Tabiyah

Tips