Berbagai temuan baru tercipta di Universitas Negeri Yogyakarta. Kali ini Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM KC), Asep Abdul Syukur, Rahmat Hidayat dan Muh Nana Aviciena berhasil membuat Early Earthquake Warning System Sebagai Alat Peringatan Gempa Dini Sederhana Berbasis Mikrokontroler Atmega8 dengan Output Suara (Sirine).
Asep mengakui, sudah ada beberapa alat pendeteksi gempa bumi karya pelajar dan mahasiswa. Namun alat-alat tersebut pada proses pembuatannya membutuhkan dana yang tidak sedikit bahkan terkadang perlu waktu serta pengujian yang lama. Bahkan tidak semua orang bisa membuatnya karena memerlukan keahlian khusus.
Dia lantas berpikir membuat alat pendeteksi gempa bumi sederhana yang setiap orang bisa melakukannya secara mandiri dan dapat berfungsi secara efektif. ''Alat yang kami tawarkan yakni Early Earthquake Warning System. Alat ini pendeteksi gempa bumi sederhana yang dibuat secara mandiri karena dari barang-barang yang tersedia di pasaran secara luas sehingga masyarakat dapat mendapatkannya dengan mudah,'' ungkap Asep ketika ditemui di kampusnya, Senin (2/7).
Dia menerangkan, pembuatan alat tersebut cukup mudah karena menerapkan sistem rangkaian listrik tertutup. Artinya, tidak menerapkan sistem rangkaian/instalasi listrik yang rumit. Peralatan yang digunakan yaitu pegas, karet paralon, pipa besi, tiang alumunium, toa atau speaker, aki, modulo bunyi dan lain-lain.
Karakteristik kerjanya menerapkan prinsip hukum Hooke, getaran yang terjadi pada suatu pegas. Inti pendeteksi gempa hanya pegas yang bagus sehingga ketika terjadi getaran akan bergerak dan menyalakan sakelar sirine yang telah diatur pada rangkaina listriknya. Dengan demikian, masyarakat dapat membuat alat pendeteksi dan peringatan gempa bumi ini secara mandiri.
Rahmat menambahkan, Early Earthquake Warning System dapat dibangun dengan perangkat keras sistem minimum ATmega8 sebagai input/output, maupun timer. Satu push button digunakan sebagai tombol reset data dengan mekanik sensor yang dirancang dengan system pegas berbeban sebagai saklar elektronik. Sistem driver modul sirine menggunakan model relay SPDT, dan penggunaan catu daya dengan model aki yang dapat dideteksi status keadaan baterainya.
( Agung Priyo Wicaksono / CN27 / JBSM )
Asep mengakui, sudah ada beberapa alat pendeteksi gempa bumi karya pelajar dan mahasiswa. Namun alat-alat tersebut pada proses pembuatannya membutuhkan dana yang tidak sedikit bahkan terkadang perlu waktu serta pengujian yang lama. Bahkan tidak semua orang bisa membuatnya karena memerlukan keahlian khusus.
Dia lantas berpikir membuat alat pendeteksi gempa bumi sederhana yang setiap orang bisa melakukannya secara mandiri dan dapat berfungsi secara efektif. ''Alat yang kami tawarkan yakni Early Earthquake Warning System. Alat ini pendeteksi gempa bumi sederhana yang dibuat secara mandiri karena dari barang-barang yang tersedia di pasaran secara luas sehingga masyarakat dapat mendapatkannya dengan mudah,'' ungkap Asep ketika ditemui di kampusnya, Senin (2/7).
Dia menerangkan, pembuatan alat tersebut cukup mudah karena menerapkan sistem rangkaian listrik tertutup. Artinya, tidak menerapkan sistem rangkaian/instalasi listrik yang rumit. Peralatan yang digunakan yaitu pegas, karet paralon, pipa besi, tiang alumunium, toa atau speaker, aki, modulo bunyi dan lain-lain.
Karakteristik kerjanya menerapkan prinsip hukum Hooke, getaran yang terjadi pada suatu pegas. Inti pendeteksi gempa hanya pegas yang bagus sehingga ketika terjadi getaran akan bergerak dan menyalakan sakelar sirine yang telah diatur pada rangkaina listriknya. Dengan demikian, masyarakat dapat membuat alat pendeteksi dan peringatan gempa bumi ini secara mandiri.
Rahmat menambahkan, Early Earthquake Warning System dapat dibangun dengan perangkat keras sistem minimum ATmega8 sebagai input/output, maupun timer. Satu push button digunakan sebagai tombol reset data dengan mekanik sensor yang dirancang dengan system pegas berbeban sebagai saklar elektronik. Sistem driver modul sirine menggunakan model relay SPDT, dan penggunaan catu daya dengan model aki yang dapat dideteksi status keadaan baterainya.
( Agung Priyo Wicaksono / CN27 / JBSM )
sumber : http://www.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar: