Aku tidak pernah mendengar ibuku mengucapkan terimakasih padaku
Aku tidak pernah mendengar ibuku mengucapkan terimakasih padaku...
Saat aku dalam kandungannya
Ia memberiku makan, menjaga dari goncangan yang berbahaya
Hingga tiba saatnya aku keluar menatap dunia, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah keluar dari rahim ibu"
Saat setiap malam aku menangis entah kelaparan atau ngompol
Ia yang baru saja lelap harus bangun lagi menggendongku, memberiku asi, mengganti popokku
Hingga aku berhenti menangis dan tidur lagi dengan tenang tanpa dosa, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah tidak rewel"
aku belum bisa berjalan
Ia menuntunku, punggungnya pasti pegal mengikutiku
Ia pasti sangat khawatir saat aku jatuh kejedot dan menangis
Hingga tiba saatnya aku bisa berjalan tegak, ia tidak pernah mengucapkan
"terimak kasih ya nak sudah bisa jalan dan lari sendiri"
aku belum bisa berbicara
Ia mengajariku, pelan, dan sabar
Ia berusaha mengartikan bahasa robotku "mamimumemo"
Hingga tiba saatnya aku bisa berpidato di depan banyak orang, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah bisa bicara sendiri"
Bu, kapan engkau akan mengucapkan terimakasih padaku?
Saat aku sekolahAku kadang bosan, tidak belajar, hingga nilaiku jelek
Ia memang memarahiku, memintaku untuk belajar lebih giat
Baiklah aku turuti
Hingga tiba saatnya aku mendapat juara kelas, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak nilaimu bagus-bagus"
Saat aku belum bisa mengaji
Begitu pula dengan ibuku, ia bingung bagaimana harus mengajariku
Ia mendaftarkanku TPA, mengantarku belajar Alquran, saat bosan ia memintaku untuk tetap hadir
Baiklah aku turutiHingga tiba saatnya aku menang lomba tilawatil quran di masjiid, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah pandai membaca Alquran"
Saat aku kuliah
Kadang aku merasa tidak ingin diatur, merasa mandiri, dan ingin diakui
Ia masih seperti dulu, mengarahkanku, menasihatiku, mendorongku
Baiklah aku turuti
Hingga tiba saatnya aku lulus, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah jadi sarjana"
Bu, aku sudah menuruti semua keinginanmu, aku masih menunggu kau mengucapkan terima kasih padaku.
Saat aku jadi pengangguran
Aku masih minta minta uangmu, kau memintaku mencari penghasilan sendiri.
Setiap ada lowongan pekerjaan kau menunjukkan padaku, memberiku uang untuk mencoba apply
Ya, aku akan bekerjaHingga tiba saatnya aku gajian, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah tidak minta uang ibu lagi"
Saat aku belum laku
Ibu cemas aku tidak berjodoh, atau jangan jangan sakit jiwa
Ia berusaha menggodaku, kadang menyindir ingin punya cucu
Ya, aku menikah
Hingga tiba saatnya aku berumah tangga sendiri, ia tidak pernah mengucapkan
"terima kasih ya nak sudah tidak menjadi beban ibu lagi"
Saat ibu sakit
Aku.................Melihatnya lumpuh tertidur di atas kasur
Ia mulai tidak bisa bicara, berjalan, dan melakukan aktifitas sendiri
Aku yang menuntunnya, menyuapinya, mendengarkan rintihan yang aku tidak mengerti, membacakan Alquran untukknya
Hingga suatu hari aku menggendongnya, ia berbisik lirih
"terimakasih ya nak sudah merawat ibu"
Akhirnya ibu berterima kasih padaku.
Bukan senang yang kurasakan.
Hatiku hancur.
Akulah bu yang seharusnya daridulu berterima kasih padamu.
Dulu aku lumpuh, bisu, dan bodoh, kalau bukan karena sabarmu, siapalagi yang mendampingiku.
Bahkan, tidak ada sepeserpun dari apa-apa yang kulakukan berhak disebut sebagai balas jasamu.
Seketika itu rasanya aku ingin berbalik ke dalam rahimnya lagi, mengulangi setiap fase hidupku.
ibu...Terima kasih telah melahirkanku.
Terima kasih telah menggendongku.
Terima kasih telah mengajariku.
Terima kasih telah menasehatiku.
Terimakasih untuk peluh, tangis, dan darahmu untukku
Bibirku berat, oh Rabb, tidak pernah ada kata-kata seberat terima kasih selain terima kasih yang harus kuucapkan pada ibu.
Lebih berat lagi padaMu ya Allah, bagaimana engkau telah memberikan ibuku untukku hingga saat ini.
http://www.facebook.com/desti.purnamasari